Sepucuk surat dari Tokyo
Mikial maulita
merupakan seorang remaja perempuan yang tomboy, namun orang tuanya ingin anak
perempuan mereka menempuh pendidikan dipesantren, dan akhirnya mikial maulita
memang menempuh pendidikan di Dayah Abu Lam U, tetapi kehidupan pesantren yang
begitu keras dan memiliki tingkat disiplin yang begitu tinggi menjadikan mikial
merasa tidak sanggup bertahan di pondok pesantren.
Namun orang tua
mikial slalu berpesan bahwa akan ada hal yang sangat berharga yang akan
didapatkan oleh mikial suatu saat nanti, dan mikial akan mendapatkan pengalaman
yang mungkin tidak didapatkan oleh anak-anak lain yang berada di luar sana.
Pada tanggal 26 Desember Gempa dan Tsunami melanda Aceh dan orang tua mikial
menjadi korban dalam bencana alam tersebut, tetapi mikial tak pernah berhenti
untuk menunggu orang tuanya menjenguk dan mengajak mikial untuk pulang kerumah,
hanya doa yang selalu dipanjatkan oleh mikial untuk keselamatan orang tuanya,
namun takdir berkata lain orang tua mikial tak pernah datang kembali untuk
menjenguk putri mereka. Kehidupan mikial pasca Tsunami menjadi berubah drastis
tak ada lagi gadis tomboy dan periang itu namun yang ada hanya gadis pendiam
dan tak ada lagi tawa riang di wajahnya.
Ada hikmah yang sangat besar yang
didapat dari kesabaran mikial, mikial mendapatkan kesempatan untuk mengikuti
Ashinaga Internatioanal Summer Camp di Jepang, disana mikial bertemu dengan
anak-anak yatim dari berbagai Negara dan salah satunya adalah anak dari India
yang kehilangan orang tuanya diusia yang masih sangat muda dibandingkan dengan
mikial tapi dia masih tetap bertahan menghadapi hidup ini, seusai dari
kunjungan mikial ke Negeri Sakura tersebut mikial banyak mendapatkan pengalaman
berharga, bagaimana harus menghadapi hidup ini dan tidak berlarut-larut dalam
kesedihan yang terlalu lama.
Hasil dari perjuangan keras mikial selama 6
tahun dipesantren adalah mikial dapat lulus dan diwisuda dengan predikat “jaid
jiddan” walaupun mikial tidak dapat
melihat senyum kebahagian dari orang tuanya secara langsung tapi mikial yakin
bahwa orang tuanya akan bahagia dan selalu tersenyum ditempat mereka berada
sekarang. Hal yang paling membanggakan seusai mikial diwisuda adalah
mikial mendaptakan beasiswa S1 di Waseda
University. Mikial ingin membuktikan kepada anak yatim yang ada diseluruh dunia
bahwa kehilangan orang tua tidak akan menjadikan kita terpuruk dan tidak dapat
menggapai impian dan cita-cita .
Perjalanan hidup seorang Mikial
Maulita menginspirasi saya untuk terus berjuang dan berusaha dengan keras untuk
memperoleh beasiswa S1 ke Jepang atau Negara yang lainnya. Saya berharap para
pembaca surat ini juga dapat tergugah hatinya untuk selalu semangat dan terus
berusaha untuk menggapai cita-cita yang telah kita impikan, sepahit apaun
kehidupan kita dan sebesar apapun tembok tantangan yang ada dihadapan kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar